Saling Mendoakan: dalam Teori Interaksi-Simbolis


Apa yang akan terjadi ketika orang-orang dari berbeda agama, berkumpul dan saling berdoa bersama? Saya beranggapan jika itu tidak mustahil dilakukan karena kita berada dalam lingkup social interaction dan motivnya adalah tentang penghargaan. Saya pernah membaca sebuah quote dari Gandhi, doa adalah 'kerinduan jiwa'. Dan ketika jiwa individu berkumpul untuk berdoa - bahkan ketika bahasa, budaya atau agama mereka berbeda - mereka merindukan Tuhan mereka sambil juga menunjukkan kedamaian, cinta, dan persatuan dengan semua anak Tuhan. Terlepas dari itu, doa juga menuntun orang yang menuturkannya lebih fokus pada penyerahan diri dibawah kuasa yang tidak terlampaui.


Doa antar agama bisa menjadi kekuatan yang kuat dan mengikat yang membantu sekelompok orang atau hubungan personal membangun rasa toleran. Saya sendiri mengalaminya ketika bergabung dalam sebuah kelompok kecil dimana terdiri atas islam dan kristen. Dalam kelompok ini, kita diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalaman kita semakin dekat dengan Tuhan dan merasa bahwa ini adalah titik balik dari kehidupan sebelumnya. Dan ketika semua telah menyelesaikan sharingnya maka tibalah untuk saling mendoakan, hal unik terjadi ketika teknis berdoanya diubah yaitu mendoakan orang di sebelah kanannya. Maka sebelumnya kita dituntut untuk mendengarkan pengalaman masing-masing orang dan membawanya dalam doa supaya semakin kuat dan berserah pada Allah. Orang yang beragama menemukan landasan bersama dan merasa terhubung dikarenakan oleh doa,  menyatukan orang-orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

Kelompok saya berkumpul untuk saling mendengarkan keluhan mereka terhadap hubungan beragama yang tidak harmonis atau pengalaman mereka dalam menjalin komunikasi. Anggota kelompok sangat memperhatikan tiap orang yang berbicara dan berusaha memberi makna lebih terhadap ekspersi penerimaan diri. Kenyataannya, dikelompok tersebut begitu beragam jenisnya, mulai dari status sosial, pekerjaan, agama, suku dan bahasa. Tetapi dengan latar belakangyang berbeda itu menyurutkan mereka untuk mengeluarkan feddback, yaitu bertanya dan klarifikasi.
Dalam teori interaksi simbolik, makna yang diciptakan oleh setiap anggota kelompok mendorong anggota lain untuk berinteraksi. Misalnya ketika peserta dari batam menceritakan kisah hijrahnya ia kepada Allah, pendengar lain memberikan feedback yaitu mengangguk dan seakan mendengarkan dengan seksama. Walapun teori ini membatasi pada hubungan yang terjalin lewat bahasa yang berbeda akan tidak efektif, akan tetapi satu bahasa yaitu bahasa Indonesia menjadi jembatan utama membuat komunikasi lebih efektif.
Sejalan dengan pikiran Herbert Blummer, komunikasi antar anggota dalam intra kelompok dapat bermakna positif jika media yang digunakan adalah bahasa yang dimengerti oleh semuanya. Sehingga makna komunikasi bisa berkesinambungan dan diciptakan ulang melalui hubungan face to face setelah selesai dari kelompok.
Mengingat keragaman anggota kelompok, semakin besar kemungkinan mereka memasukkan "praktik doa menjembatani," seperti doa masuk kedalam wadah solusi akhir mereka. Ini masuk akal karena semakin beragamnya kelompok, semakin besar tantangannya. Tantangan disini adalah bukan berujung negatif, tetapi bagaimana setiap anggota kelompok menampilkan gaya bahasanya dalam doa supaya bisa didengar dan dimengerti oleh anggota lain. Contohnya, ketika teman muslimah mendoakan pergumulanku, yang notabene saya adalah seorang kristiani, maka ia akan berusaha membuat saya dan anggota lain nyaman mendengarkan. Itu tidak melepasakan identitas keagamaanya atau menyamakan semua agama. Justru saya merasa nyaman dan senang ketika teman yang berbeda agama mendoakan saya. Ini sebuah kerinduan bagiku. Begitu juga dengan saya ketika mendoakan teman muslim dalam pergumulannya semakin dekat dengan Allah.

Doa tampaknya memainkan peran penting dalam menyatukan orang-orang dengan perbedaan rasial dan sosial yang signifikan. Anggota-anggota dalam kelompok ini melakukan ini dengan antusias, kerinduan merayakan keragaman kelompok, dan mendorong individu untuk berinteraksi satu sama lain.


Kunci persatuan adalah pengakuan dan penerimaan perbedaan. Walaupun ketika kita memberikan makna yang disampaikan oleh orang berbeda sering rancu, tetapi esensi menghargai adalah virus yang harus dikembangkan. Supaya tidak ada lagi missunderstand mengenai suatu agama atau doa.
Doa antar agama dapat digunakan sebagai jembatan dalam berbagai jenis kelompok, tidak hanya asosiasi masyarakat dan grup akbar;  Sebenarnya, doa dapat digunakan oleh kelompok yang berpikiran terbuka untuk menemukan kesamaan bahwa kita ini adalah ciptaan Tuhan..

Doa juga memiliki kekuatan transenden untuk menghubungkan orang dengan berbagai budaya, pendapat dan agama, namun bagaimana kita menyikapinya adalah : 'kerinduan jiwa' yang sejati untuk berkomunikasi dengan Tuhan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-Usul ...

TAMPI BERAS (Oneul Mohae)