Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Negeri Kaya yang Semu

Negeri Kita ? Konon, sejak tahun 2000, kita memasuki era globalisasi jilid ketiga. Globalisasi pertama (1492-1800) bermula pada perjalanan Christoper Columbus mematahkan dunia tak berujung, menjadikan bumi berukuran medium. Globalisasi kedua (1800-2000) merupakan arena industrialisasi dan hegemoni perusahaan multinasional, membuat dunia makin kecil. Pada era globalisasi jilid ketiga, bumi kian menciut. Dunia kian mengecil, makin dekat, datar dan rata tanpa hambatan (the flattering of the world) Globalisasi akhirnya menjadi kisah heroik, awal keberhasilan, berita tentang mereka yang sukses dan menang. Lantas, bagaimana nasib mereka yang tersisih dari hiruk pikuk globalisasi, tersingkir dari gebyar modernisasi, yang gagap pengetahuan dan teknologi??? . . . Krisis multidimensi (SARA, Politik, Hukum, Ekonomi) ini seolah-olah merupakan benang kusut yang membuat seluruh sendi-sendi bangsa ini menjadi stagnan, bahkan berantakan dan amburadul. Di Indonesia konon membuat mobil buata

HARKONAS 2016

Gambar
Harkonas Perilaku Konsumsi yang Mempengaruhi Produk Dalam Negeri Judul diatas mengingatkan kita akan pencanangan cinta akan produk dalam negeri yang dalam beberapa dekade ini semakin memudar dengan munculnya dominasi produk asing. Konsumsi di Indonesia termasuk dalam kategori tertinggi dibanding negara berkembang lainnya. Menjadi masalah ketika, produk dalam negeri yang sudah menjadi program pemerintah untuk menyeimbangi kekuatan produk asing lambat laun tereliminasi. Indonesia seakan aman dan nyaman berada di tempatnya sendiri ketika pengaruh globalisasi ekonomi mulai merambah kehidupan sosial ekonomi sekarang ini. Mulai masuknya MEA akan memunculkan dilema baru bagi tradisi indonesia yang selama ini mengandalkan ekonomi kekeluargaan seperti yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1. Bisa saja MEA dapat diterima, tetapi yang menjadi diskusi adalah bagaimana memaksimalkan produk dalam negeri sehingga tak merosot saat bertarung melawan arus produk asing. Berbicara m

Part of Japanese Daily

Gambar
Lebih dari yang kamu ketahui tentang kehidupan dan budaya Jepang Satoshi Tsumabuki and Masami Nagaswa at Japan celebrates the coming of spring with the Bean-Scattering Ceremony Konbanwa kankawan. . . Kali ini aku mo ngebahas lanjutan posting kemaren tentang Negara Matahari Terbit yg kadang buat aku geram. Kenapa ? Karena ngebahas suatu negara gak bakalan abis2nya, kita2 musti ngaitkan satu fenomena ke peristiwa lain yg notabene gak berujung. Dan itu aku alami kali ini, mulai nyari referensi dari teman aku yang kuliah di Sastra Jepang FIB USU, literatur buku, nanya2 salah satu komunitas Otaku di SosMed Facebook sampe gak sadar aku udah mikir mo ke Jepang (soalnya disana lagi bermekaran Sakura . . hehehe) Okeh, ini hanya sbagian info yang aku dapatkan, membuka cakrawala tentang Jepang yg slama ini banyak orang beranggapan Jepang itu ...... (apa aja yg negatif thinking lah. . .) ΓΌ   Seragam sekolah siswi Jepang terinspirasi dari seragam Angkatan Laut Inggris, diperkenalkan