Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

DIPERBUDAK

kita, manusia, tumbuh mengejar ambisi. suka mengadili, sering mencipta batas-batas, sekat. tersakiti oleh ekspektasi yang selalu menyelimuti tiap sudut di hati, pekat. sering terlalu percaya diri, hingga jatuh dalam ego sendiri, diperbudak hati, memaksa diri dalam kompetisi memenuhi hasrat hati. jangan banyak bertanya dan meminta perihal yang terang bukan urusanmu, yang bahkan kamu tak berhak akan itu. tidak ada dalam skala, bahkan mungkin kamu tidak masuk penilaian. tidak semestinya, tak pernah ada. jangan menangisi apa yang tidak kamu mengerti, belajarlah agar menjadi pandai mengatur gejolak emosi. jangan kau buang impianmu yang tersusun rapi, yang tengah susah payah kau coba tapaki. diriku, berhitunglah, nikmati hari-harimu, nikmati tiap pergantian warnanya. jangan lupa untuk bahagia setiap hari. karena bahagia itu tidak perlu banyak bagaimana. -baiklah. #sehabishujan

Seni Berserah Diri

langit sedang ceria setelah tangisnya yang besar dan tidak sebentar. seperti semua perjalanan menghapus kesedihan. begitu langit mengajarkan seni berserah diri. jika berat, istirahat. jika sepi, menepi. jika peluh, berteduh. jika perih segeralah pulih. tinggal pilih. #pilihpulih

BELAJAR DARI ALAS KAKI [ Edisi Mesjid ]

Gambar
Saat saya datang dan melihat dari jarak dua anak tangga dari lantai dua, yah... satu langkah menuju lantai masjid UINSU dekat Fakultas Ushuluddin berada. Ada pemandangan yang sebenarnya sudah seharusnya perlu perhatian akan tetapi bisa dianggap menjadi tidak biasa. Sandal atau secara profesional bisa kita sebut alas kaki biasanya penempatannya di kebanyakan masyarakat republik ini terkenal sekenanya saja, hingga terwujud deretan yang tak karuan, berantakan.😢 sumber:internet saduran Belajar dari peletakan alas kaki bisa ambil pelajaran berharga juga ternyata. Nampak barisan-barisan terdepan tertata dengan rapi dan bahkan alas kaki yang menunjukkan identitas pemiliknya (laki-laki atau perempuan) pun terlihat dengan adanya celah pemisah, terlihat saat awal-awal waktu. 😃 Kemudian saat pulang terlihatlah pemandangan ini, ada yang sepertinya tidak bermaksud dan malah mengisi celah pemisah tadi, terlihat juga gambaran mana yang datang terlambat, ada yang tidak memerhatikan

Mendekati Cita

Gambar
Ia, ada jauh sebelum kehadiran mu, sebelum kamu menjadi matahari di konstelasi tata surya ku, Ia adalah pelangi di setiap hujan deras di hidup ku, yang aku impikan menjadi dekat dan nyata.  Tidak, jangan salah paham, aku tidak berkisah tentang manusia lain, aku berkisah tentang sesuatu, yang konon hanya dengan membayangkannya saja mampu membangkitkan semangat hidup ku. Sesuatu yang sangat layak untuk aku perjuangkan, dimana aku telah banyak menyaksikan, orang-orang gugur satu-satu di perjalanan menemuinya, mereka yang mulai berhenti bertanya, berhenti memaknai, kemudian lupa akan Ia, tergantikan dengan bermacam-macam alasan.  Coba jawab ini, pernahkah kamu terbangun dari tidur tak sengaja dan kesadaran membisikan kalau jiwamu tidak lagi sama, berbeda, merasa tidak seharusnya? Kesadaran selalu membisikan realita pada diriku, polos, tidak mengada-ada. Pernahkah kamu ingin pergi jauh menjelajah dunia dengan alasan untuk mencari makna hidup karena sudah tak kau kenal lagi di