Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Sikit aja tentang Agama VS Realita

Gambar
Pernah gak kamu merasa bingung jika dihadapkan pada dua pilihan yaitu: AGAMA atau REALITA? Disini terjadi dilema besar ketika manusia disatu sisi menyenderkan dulu keyakinannya dan berjuang bersama realita hidup yang dominan tidak memerlukan hal-hal yang berbau mistis dan gak masuk akal. Terkadang, sebagai seorang Kristiani, kita cenderung melihat sesuatu selalu berdasarkan hal yang logis. Dan tentunya hal logis itu haruslah bisa dibuktikan dan terlihat oleh mata kepala sendiri. Misalnya, ketika mendengar khotbah tentang moralitas zaman dulu di setiap hari minggu atau perkumpulan Rohani yang biasa kita temukan di Gereja atau Ruang Publik, kebanyakan dari kita merasa ngantuk. Akhirnya pun tertidur karena terlalu bosan mendengar khotbah yang bukan praktis itu. Aku ya kadang merasa perlulah kita kembali mengkaji masalah moral kita dengan membandingkan kebiasaan praktis kita di kehidupan sehari-hari. Kehadiran zaman yang serba praktis sekarang ini sudah tak terelakan lagi bagi

"Gadis Cantik Jual Pecel, trus Lu mau apa?"

Gambar
Generasi millenial seperti kita sekarang ini memang sangat beruntung hidup di zaman serba maju dan instan ini. Kita dihadapkan pada semua sajian kehidupan yang penuh kesenangan dan menuntut kemajuan berbuat yang lebih besar dengan beberapa agenda kejahatan terselubung yang mungkin dalam nalar manusia belum terkaji, tapi lambat laun kita seperti budak para pemikir dan agen perubahan lainnya. Inilah tuntutan struktur kebebasan. Dan kali ini aku mau bahas sebuah fenomena atau tren media dalam menviralkan sebuah berita atau info yang kadang menurut saya adalah “sampah”, “tidak berguna” dan “konyol”. Tapi kata-kata itu tidak mewakili perasaan ku sekarang untuk mengkaji kenapa media seperti itu. Ada fenomena yang cukup menggelitik saya dan cukup laris dikalangan penikmat berita “gak berguna” yang tersebar di beberapa media online dalam beberapa bulan terakhir. Mengekspos perempuan-perempuan berparas cantik lalu dipadu dengan pekerjaan yang kerap banget dianggap marginal dan mi

Agen Perdamaian ( Agent of Peace)

Gambar
Sebenarnya mengemban tanggung jawab sebagai peacemaker itu sama sulitnya dengan anggapan mahasiswa sebagai agen Perubahan (Agent of Change). Disatu sisi kita dituntut untuk mempertahankan dan memperjuangkan apa yang sudah selama ini ditekadkan. Tapi tidak menutup kemungkinan ada “bolongnya” juga. Kadang kita berpikir setelah berada di zona nyaman yaitu tidak ada konflik, sebaliknya kita membiarkan ego berkuasa untuk mempengaruhi niat kita untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Disinilah letak kesalahan itu. Tapi melawan ego kembali bukan semudah membalikkan telapak tangan, butuh usaha dari dalam diri untuk mengentaskan atau setidaknya mengurangi ego itu. Dan salah satu caranya adalah “JANGAN ASAL NYOLOT”. Kali ini aku mau curhat bagaimana aku merespon pendapat orang lain tentang tanggung jawab itu. Tiap hari aku melihat dan menyaksikkan sendiri, bagaimana orang dengan mudahnya bercakap aneh tentang orang lain tanpa melalui proses konfirmasi lebih dalam. Penuh tanda tanya, ke

Psikologi atau Sosiologi (cocokologi)

Lebih baik mengatasi kecilnya dulu dari pada berhadapan dengan besarnya dan kuatnya Karena kecillah, kita melihat apa yang dibutuhkan, sekitar kehidupannya. Bukan membandingkan. Ilmu lahir dari hal-hal spontan. Tidak langsung dari kondisi fatal. Selama ini orang berpikir kritis tapi gak ada solusi yang menyertainya. Apa perannya? Mengkaji? Memahami? Dan akhirnya lesu.

“Pro Ecclesia Et Patria” dan “Rahmatan Lil Allamin”

Gambar
Ada beberapa diksi yang cocok untuk membangkitkan dan menanamkan nilai keagamaan kita untuk mencintai apa yang menjadi kesepakatan luhur, yaitu berdiri diatas tanah yang sama dan hidup di satu bangsa yang berkeadilan. Tapi dibalik giatnya penamaan itu, beberapa oknum malah menggunakan itu untuk menyatakan dirinya lebih hebat dari orang lain. Misalnya, keadaan dimana suatu konsensus yang sudah disepakati ingin diubah dan di revisi hingga memenuhi keinginan yang merubahnya. Dalam kehidupan bernegara, salah satu masalah yang paling kentara adalah ketika api sensitif keagamaan di gelorakan demi sebuah kepentingan. Muncullah gerakaan separatis yang berafiliasi pada lisan dan media sosial, mencairkaan gumpalan dendam yang selama ini belum pernah mencuat hanya karena menunggu saat dan moment yang tepat. Nah tugas negara bertambah searah berkecimpungnya para pemuka agama dan umat dalam menyanyikan semangat kebencian. Saya tidak sedang menggeneralisasi semua pernah melakukan itu, tetap