5 Hari
hari itu
Kota Medan bukanlah tempat terakhirku untuk merintis tujuan
hidup. Berawal dari keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, akhirnya
harus kembali mengecek tujuan sebenarnya. Dan itu kembali menjadi bahan
refleksi selama 5 hari di kota asal tercinta, Teluk Dalam Kab. Nias Selatan. Aku
bepergian hanya karena ada 2 alasan
Aku rindu dan
Aku ingin mengurus sesuatu.
Alasan pertama adalah jelas, selama 3 tahun dari kelas 3 SMA
sampai memasuki tahun ke 3 masa perkuliahan aku tak pernah menginjakkan kaki ke
Nias Selatan, tidak pernah bertemu dengan keluarga. Merantau sejak kelas 1 SMA
membuat aku tahu bagaimana rasanya jauh dari keluarga. Menghadapi bermacam
rintangan, menerima kekesalan orang lain dan kadang tak mengerti arti aku
merantau. Sulit rasanya bagi seorang pendiam seperti aku, memulai kisah hidup
yang serba penuh tekanan untuk melanjutkan hidup, karena satu yang harus
dituntut adalah keberanian. Lingkungan yang belum tentu cocok dengan kita,
harus diterima dengan was-was karena bisa saja terpengaruh atau menjadi bahan
olokan orang-orang.
Memutuskan untuk merantau awalnya bukan kehendak sendiri,
melainkan keinginan besar mendiang Mama untuk melannjutkan pendidikan yang
lebih rohani dan juga aku pada saat itu belum mengerti akan dibawa kemana. Hanya
saja, aku percaya bahwa semua itu akan baik-baik saja. Hari itupun terjadi saat
keberangkatanku, melalui kapal laut menuju Kota Sibolga. Tak ada linangan air
mata yang menunjukkan aku takut naik kapal atau pergi jauh, saat itu semua
terpampang dengan jelas, adikku dan bapakku rela melepasku pergi dengan
senyuman dan lambaian tanda berpisah. Saat itu pula kami 5 bersaudara.
Ditemani mama dan adikku yang bungsu melewati laut, aku
semakin yakin bahwa semua baik-baik saja. Keluarga itu masih ada, menemani
hingga akhirnya mereka pergi lagi setelah menitipkan aku di asrama. Tak terbendung
lagi kurasakan air mata melewati pipi sore itu saat mereka mulai jauh pergi. Mama
dan adik bungsuku. Aku bergegas ke kamar dn berdoa mereka. Dan hingga sekarang
aku masih berdoa untuk mereka yang telah membuat aku seperti ini, walaupun
akhirnya mama pergi jauh duluan dari kami sebelum adikku yang bungsu mencapai
umur 4 tahun. Semua berlalu dengan cepat, pergi satu persatu meninggalkan
harapan dan tanggungjawab besar. Sejenak
itu bukanlah masalah tapi semakin berjalannya waktu, semua itu akan tertagih
lagi.
Sekarang kami tinggallah anak-anaknya dan bapak yang selalu
mendukung pendidikan kami. Tanpa kehadiran mama, semua masih berjalan lancar. Masih
seperti yang dulu. Tetapi,,, kami semakin bertumbuh, semakin ingin hidup yang
lebih bebas. Itulah yang aku rasakan setelah kembali ke Nias Selatan. Bapak yang
selalu bekerja tiap hari, adikku yang sedang sekolah dikampung 2 orang, adikku
yang paling besar sedang bekerja di Sibolga setelah tamat SMA dan adikku yang
satu sekolah di SMP Negeri. Keadaan rumah yang sepi, sunyi dan hanya ditemani
oleh suara hujan saat itu menambah rindu akan sosok mama yang selalu menemani.
Banyak perubahan yang aku lihat setelah 3 tahun tak kembali,
kota Teluk Dalam yang semakin maju dan tertib, bangunan rumah disana-sini dan
aktivitas ekonomi yang masih lancar. Begitu juga keadaan rumah yang beda, tua
karena dimakan rayap dan terlihat kusam. Aku rindu rumah. Begitulah yang aku
rasakan saat itu, aku meraba setiap sisi rumah dan foto-foto yang terpajang. Aku
menggerakkkan tangan ini membersihkan sesuatu yang kotor, mencuci kain dan
mengepel lantai yang tampak 2 minggu tak dipel. Aku rindu rumah.
Sore itu, aku dan bapak berangkat ke kampung, Bawomataluo
namanya. Aku mempersiapkan pakaianku yang tak muat lagi untuk kuberikan ke adikku
dari Medan. Sesampainya di kampung, aku menyambangi rumah saudari bapak yang
paling besar. Aku rindu. Aku memanggil adikku Santa dan Yohana, dan mereka
sudah besar. Aku memeluk dan mencium mereka. Aku lama tak melihat mereka,
sekarang mereka berbeda semenjak 3 tahun yang lalu. Dan yang membuat aku senang
adalah yang yang paling bungsu, yohana selalu dipangkuanku. Aku tak harus
mengatakan apa saat itu selain mengucap syukur pada Tuhan telah mempertemukan
kami anak-anaknya. Banyak cerita dari mereka, yang kadang membuat aku mencubit
pipi mereka. Santa sekarang kelas 3 SMP, Apri kelas 1 SMP dan Yohana sedang
kelas 2 SD. Selama itu juga aku tak pernah berbicara banyak dengan mereka hanya
sebatas telepon. Walaupun kita akan berpisah lagi karena sekolah, kerja atau
kuliah, aku yakin kita semua akan sukses dan dipertemukan lagi sebagai kakak
adik yang saling mendukung, aku juga akan berusaha sekuat mungkin baik-baik
kuliah seperti pesan Santa padaku saat hari terakhir aku bersama mereka.https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=599242083589306&id=100005105597730¬if_t=wall¬if_id=1473091093318435 terimakasih
Kembali aku mengingat perjalanan panjangku merantau ini,
hingga aku dipertemukan lagi dengan adik-adikku yang kusayangi. Aku berterimakasih
untuk 5 hari itu pada Tuhan, bertemu keluarga besar di kampung dan bapak yang
selalu mensupport aku di kuliah ini. Aku tak bisa seperti sekarang ini jika
bukan karena kalian dan doa yang selalu menyertai. Rasa rindu selama 3 tahun
itu akhirnya terpecahkan selama 5 hari bersama kalian. Berbicara tentang suka
duka selama ini dan keluarga besar yang semakin mendukung peran besar dalam
kekeluargaan. Terimakasih ku untuk segalanya.
EVERYTHING IS / FOR FAMILY


Komentar
Posting Komentar