Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Pilkada Serentak 2017, Ekonomi Aman?

Pelaksanaan Pilkada serentak di era pemerintahan Jokowi, selalu menimpulkan suasana yang menggelitik hati. Kesekian kalinya berjalan, tak bisa melepaskan nuansa ketidaknyamanan diantara pihak yang bersaing dan menimbulkan riuh konflik di tengah-tengah masyarakat. Tetapi hal yang menarik dari pilkada di awal tahun ini adalah, figur politik yang dihadirkan mengguncang pilihan masyarakat untuk memilih yang terbaik. Tak pelak, segala taktik pemenangan digalakkan oleh tim sukses untuk memenangkan hati rakyat. Kehidupan sehari-hari rakyat juga dijadikan arena penarik perhatian dengan cara melibatkan aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan kesejahteraan. Patut diakui, dewasa ini sejalan dengan perkembangan teknologi, taktik seperti itu hanya sebatas kegiatan pemenangan biasa karena rakyat sudah mengetahui apa akal bulus dibalik semua ini. Kesejahteran masyarakat tidak harus diselesaikan dalam sehari dua hari, karena ini berkaitan dengan pembangunan kemanusiaan yang lebih mandiri dan

Apa kehebatanmu???

Sesungguhnya dalam kehidupan manusia, siapa yang paling hebat. Para dosen, dokter, penyanyi, hakim, presiden atau justru seorang petani jagung. Sesungguhnya manusia diantara satu dengan lainnya tidak ada yang lebih hebat. Semua mempunyai peranan sendiri dalam mengisi kehidupan manusia. Sesuatu yang terlihat takjub di mata orang lain hanya satu keahlian yang terbentuk oleh sebuah kebiasaan yang berulang-ulang. Tapi kita sebagai manusia sering melupakan hal itu dan menganggap dirinya yang paling hebat. Seolah-olah didunia tanpanya maka kehidupan tidak akan sempurna. Tugas seorang dokter adalah menyembuhkan yang sakit dan kemmpuan menyembuhkan didapat karena mempelajari penyakit tersebut secara berulang-ulang baik melalui buku maupun pengalaman. Seorang pengacara begitu fasih dalam berbicara hukum dan tampak terlihat dimata orang lain tidak ada kasus yang tidak bisa diselesaikan. Semua ini juga didapat dari satu kebiasaannya dalam mempelajari ilmu hukum. Lalu seandainya, dokter dan peng

Fenomena idealisme katak dalam tempurung (oleh Walneg S. Jas)

Gambar
Kini, banyak mahasiswa terbiasa berpikir dalam pola berpikir sempit. Mereka tidak diarahkan untuk berpikir masa depan. Pola pendidikan Indonesia membentuknya sejak masa sekolah dasar. Rutinitas siswa terikat pada kurikulum dn silabus pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Saat berada di tingkat sekolah dasar, siswa hanya melakukan kegiatan atau mempelajari hal yang memang seharusnya dilakukan dan dipelajari pada tingkat sekolah dasar. Begitu pula saat berada ditingkat sekolah menengah pertama, siswa hanya melakukan kegiatan dan mempelajari hal yang memang  sehrusnya dilakukan dan dipelajari pada tingkat sekolah menengah pertama. Mereka sama sekali tidak berpikir dan tidak diberikan gambaran tentang hal yang akan dialami dan didapatkan dibangku sekolah menengah atas. Tentu hal ini berpengaruh besar pada keberadaanya di bangku kuliah. Mahasiswa berpikir jika berkuliah di jurusan fisika, setelah lulus kelak ia harus mengabdi di bidang kerja yang tidak jauh hubungannya de