Jual Tivi mu di OLX


Televisi merupakan sebuah alat penangkap siaran bergambar ( betul gak?, klo salah kita koreksi lagi). Kata televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision berarti tampak. Jadi, televisi  berarti tampak atau dapat melihat dari jauh. Di negara kita ini, televisi bisa disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. Untuk selanjutnya aku pake kata tivi saja, biar agak gimana gitu. Hahaha.
Tivi sebenarnya merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang cepat, fakta, akurat, dan kabar-kabar yang terjadi diluar dugaan kita. Dia mempunyai fungsi pokok, sebagai sumber informasi dan juga sebagai sumber hiburan. Kalau pun ada berita, kadang dibikin hiburan. Tivi kita sepertinya sudah mulai melenceng dari fungsinya.
Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan tivi kerap dituding sebagai biang keladi dari permasalahan, seperti anak menjadi malas belajar, cenderung meniru tingkah laku buruk dari apa yang dilihat di tivi, aktivitas fisik anak menjadi berkurang karena lebih banyak duduk didepan tivi dan sebagainya. Dari pengamatanku, bahwa anak yang menonton acara kekerasan di tivi, cenderung menampilkan tingkah laku agresif ketika berinteraksi dengan teman-temannya. Itu juga yang menyebabkan tivi bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Disatu sisi memiliki dampak positif, disisi lain memberikan dampak negatif. Cukup tipis untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk karena sudah tergiur dengan program-programnya.
Ada sedikit cerita dibalik alasan aku mengobrak-abrik tivi ini. Mungkin ini bisa jadi contoh untuk kita bersama. Aku punya sepupu tapi masih kecil umur 7 tahunan lah. Namanya kita sebut saja Ote. Jika ada yang tersinggung akan penggunaan nama ini, sebelumnya aku minta maaf. Awalnya keluarga pamanku ini tidak memiliki tivi, apalagi komputer. Namun tuntutan hidup harus berubah dan kehidupan keluarga pamanku ini ikut berubah. Mereka kini memiliki tivi, komputer pun ada dua buah.
Kini, kebiasaan menonton tivi tidak bisa dilepaskan oleh Ote. Bahkan remot pun harus dia yang pegang. Tak ada seorang pun yang boleh mengambilnya tanpa seizin Ote. Kebiasaannya yang dulu rajin belajar pada malam hari, kini menjadi jarang disebabkan tontonan gosip dan sinetron yang selalu menghadirkan artis-artis cantik dan bohay. Makan, mandi, belajar, tidur itu harus diperintah ibunya. Jika tidak bakal lanjut nonton tivinya sampe larut. Ini juga disebabkan karena program tivi yang menyajikan tayangan sinetron anak muda penuh glamour dengan soundtrack lagu dari band-band papan atas negeri ini.
Sang ibu pun tak ingin ketinggalan. Saat malam hari, ibu empat anak ini rutin menyaksikan program acara sinetron keluarga dan Masih Dunia lain. Sang ayah hanya mendapat jatah pagi hari untuk menonton siaran berita. Itupun terbatas waktunya. Karena jam tujuh mesti ke Koperasi.
Kita pun masih inget dengan sederetan film-film ternama berkelas internasional misalnya Titanic, The Lord of the Ring yang sempat mewarnai dunia pertelevisian kita. Hadir pula film-film ngepop ala remaja gaul yang akhirnya bertengger di panggung televisi seperti AADC dan 2, Dealova, Eiffel i’m in Love dan Cinta Pertama. Bahkan ada yang dijadikan serial seperti yang terjadi pada film Heart.
Dalam kontes musik, lahir band-band baru yang hampir keseluruhannya dirajai oleh anak muda. Lagu-lagu mereka pun hampir tiap jam selalu mewarnai program acara televisi. Ada yang dijadikan soundtrack film, soundtrack iklan, atau konser di berbagai tempat di tanah air. Tentunya satu sama lain saling menggaet penggemarnya. Ribuan kaset mereka pun tercecer di pinggir jalan.
Tivi merupakan tanda dari globalisasi. Dia lahir dari rahim modernisasi dan dibesarkan oleh kapitalisme. Modernisasi yang terkadang tak selalu membawa kebahagiaan. Menjadi  sesuatu hal yang sulit untuk menolak kehadiran tivi di era globalisasi dan gombalisasi yang serba tanpa skat dan batas ini. seolah, tivi telah menjadi salah satu menu wajib dalam keluarga keluarga. Ironis memang. Karena kita telah masuk ke dalam ‘lubang itam’ modernisasi dn menjadi agak sulit untuk keluar dari lubang tersebut. ‘Barang Ajaib’ berbentuk kotak itu telah menjadi obat yang mampu membius jutaan manusia secara perlahan-lahan tanpa disadari manusia itu sendiri. Seluruh program acaranya telah menjadi pil yang mampu menawarkan ilusi-ilusi indah. Para produser pun telah berhasil meninabobokan kita, terutama kawula mudanya.
Walaupun kita udah sadar mengetahuinya, tetapi tetap aja belum sadar. Generasi muda yang seharusnya mampu melawan proses pembodohan ini, ternyata telah terlena dengan tayangan-tayangan tersebut. Meminjam istilah Sigmund Freud, tivi adalah ilusi yang harus dimusnahkan! Karena dia telah menawarkan janji-janji palsu yang merusak identitas generasi muda.
Hal ini bukan berarti tivi divonis seratus persen sebagai media yang tidak berguna. Sebenarnya banyak juga tayangan lain yang bermanfaat bahkan harus ditonton, misalnya berita, liputan khusus (investigasi), discovery, national geographic atau bedah tokoh. Lalu, bagaimana dengan tayangann-tayangan sampah yang tidak bermoral? Tinggalkan! Cari aktivitas lain yang bisa menghidarkan kita dari sekedar menonton program yang tidak berguna itu.
Kita tentu tahu kalau semua siaran tivi hampir dibanjiri tayangan sinetron yang jumlahnya puluhan. Hampir tiap hari, dari pagi, siang, sore sampe malam pasti ada sinetron. Sepertinya kita kehadiran negara baru yaitu “Negara Sinetron Indonesia”. Acaranya pun hanya menampilkan tayangan hedonis yang berlebihan, cerita yang sok religius tapi menyesatkan, kisah sepasang anak muda yang sedang menjalani cinta monyet, kisah kyai yang melawan monster jahat, dan juga cerita hantu baik yang tidak masuk akal. Lengkap sudah kekonyolan dan kekocakan negeri ini.
Belum lagi acara-acara yang dikemas seperti news. Presenternya hampir selalu sepasang pria dan wanita. Biasanya si pria hampir selalu kebanci-bancian. Isi beritanya tak lebih dari mengumbar aib orang lain, membedah rahasia keluarga, masalah perkawinan, bahkan ada infotaiment khusus selebritis anak dan anak selebritis. Pertanyaannya pun seperti nggak ada gunanya, seperti apakah anak itu sudah bisa berjalan? Sudah bisa ngoceh? Atau sudah bisa nungging? Padahal pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti dialami oleh semua anak yang lahir. Acara semacam ini jelas membodohkan dan merusak mental anak muda.
Sebagai generasi penerus juga kita mestilah selektif kalo enggak bakal jadi target iklan yang berusaha untuk menjual produknya yang belum tentu bermutu. Menonton tivi yang berlebihan bisa berdampak pada berkurangnya interaksi diantara sesama anggota keluarga dan terjadinya kegemukan pada diri misalnya kebiasaan ngemil saat nonton dan buruknya prestasi akan tertunda.
Semakin banyaknya tayangan kekerasan yang marak di tivi dapat mendorong anak muda mempunyai persepsi yang sama dengan yang ditonton dari tayangan tersebut. Bahkan tayangan kartun yang notabene tayangan husus anak-anak pun rentan dengan pesan kekerasan. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa semakin sering seorang anak menonton tivi, semakin sama nilai yang dianutnya dari tayangan tersebut. Anak yang sering menonton tayangan kekerasan mempunyai perilaku yang agresif. Konsep perempuan idealpun dibentuk oleh tivi dengan mengatakan perempuan yang cantik adalah perempuan bertubuh langsing, kulit putih, rambut panjang dan lurus, serta bulu ketiak gak boleh ada.
Itu semua membuat kaum muda hanya bisa bermimpi menjadi seperti tokoh dalam tayangan tivi. Karena itu, janganlah menjadi budak tivi! Mari kita memilih dengan baik acara tivi yang akan kita tonton. Kalau tidak mampu memili atau memang tidak ada pilihan mudah saja, jual tivi mu di OLX (wkwkwk). Kita tidak ingin membentuk generasi baru yang bermasalah secara kejiwaan. Peran aktif orang tua sangat diharapkan untuk mendidik anak-anak yang lebih matang.
olx.co.id
Sekarang, apa yang harus kita perbuat sebagai warga biasa? Tidak ada! Karena kita bukan direntru utama dari sebuah stasiun tivi, bukan produser pada sebuah program acara, dan bukan pula sutradara atau penulis skenario dalam proses pembuatan alur cerita film. Mereka semua juga manusia yang perlu kehidupan sejahtera lewat gajinya. Yang bisa kita lakukan hanya meninggalkan produk mereka dan mencari produk lain yang lebih berkualitas. Tapi terkadang kita masih senang dengan produk yang kurang berkualitas tersebut. Karena produk yang kurang berkualitas itu biasanya malah lebih nikmat ditonton. Sekarang, kita hanya bisa memilih: Ingin menjadi budak tivi atau membebaskan diri dari perbudakan tersebut? Sekali lagi buka aplikasi OLX, fotokan tivinya, kasih harganya, trus upload. Besok ada yang beli kok...aku yang beli.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-Usul ...

TAMPI BERAS (Oneul Mohae)