Eksistensi Wifi di Perpustakaan
Kita hidup di zaman dimana semua pergerakan
kita berlandaskan apa dan bagaimana internet mempengaruhinya. Bukan suatu
pengecualian ketika internet juga menjadi teman sehari-hari baik itu dari segi
baiknya maupun buruknya. Intinya INTERNET IS MY STYLE. Wowww!!
Kali ini aku menulis sesuatu yang menjanggal
di penglihatanku tiap hari, adalah cerita orang-orang yang berkunjung ke
perpustakaan. Biasanya perpustakaan identik dengan berbagai bentuk aktifitas,
dan yang paling utama adalah membaca. Selain itu, kegiatan yang lain yang bisa
diamati adalah tidur, ngobrol-ngobrol cantik (biasanya cewek ini, pada
ngegosipin sesuatu), makan-minum, denger musik, dan yang sangat krusial kali
adalah wifi-an men.
Iyah betul itu, perpustakaan zaman sekarang
jika bisa dibandingkan sangat berbeda dengan perpustakaan tahun-tahun 2000
kebawah. Mengapa? Konsepnya beda, perpustakaan dulu sangat ketat dan hanya
boleh 2 aktifitas yang terjadi yaitu membaca dan meminjam, selain itu sikat abis. Bangga emang zaman-zaman
dulu, gak setenar sekarang, karena globalisasi yang makin meriah dengan makin
merambahnya internet ke lapisan masyarakat menjadikan semua tak terkendali
lagi. Dan tak terkecuali adalah konsep keheningan perpustakaan yang seperti
alam gaib nan sunyi, sekarang menjadi lebih bebas lebih dari ributnya pajak
melati dan jauh dari tujuan kehadiran perpustakaan yang gudang ilmu.
Wifi, sebenarnya apa sih tujuannya dihadirkan
pada setiap perpustakaan sekarang?
Dari bisik-bisik halus dengan berbagai
kalangan rayap buku konvensional (artinya
orang yang sering kali ngunjungi perpus wifi-an) mereka punya anggapan
sendiri kehadiran wifi itu antara lain:
-bisa browsing, gaming, chatting semualah yang
ing-ing
-membantu pengunjung mencari buku yang
diinginkannya di database
-ngilangin suntuk, nongkrong jamaah.
-dan yang sangat buat aku ketawa adalah “kuota
aku gak ada men, ya main ke perpus”
Alasan terakhir itu kena kali pada aku yang sok ngomentari wifi ini. Hahahaha
Memang sih, kehadiran wifi di perpustakaan
sangat amat banyak membantu pengunjung maupun administrasi pelayanannya. Tetapi
yang ingin kita tanggapi adalah, sejauh mana wifi itu menjadi kegunaan sendiri
untuk membantu niat baca para pengunjung.
pengunjung yang sedang menggunakan akses WIFI . . dok.pribadi |
Di kota medan sendiri, perpustakaan yang
sering aku kunjungi adalah perpustakaan daerang kecamatan medan petisah yang
beralamat di jalan Iskandar Muda. Di perpustakaan ini, wifi sangat lancar men. Bisa dikatakan pengunjungnya juga
sangat antusias untuk singgah dan main kesini, cukup bawa laptop atau
smartphone mu dan gak ketinggalan chargernya juga men biar pol wifi-annya. Lalu ambil tempat yang cocok buat nyantai
kalo perlu yang ada colokannya biar gak abis baterainya. Lihat kanan kiri siapa
tau ada gebetan yang cocok, kalo gak ada gak usah pusing, godain aja
petugasnya.
Walah-walah, kok malah lari bahasannya ya. Ah,
gila.
Okeh kembali ke topik, menurut pengamatanku
kehadiran wifi bagi para pengunjung di perpustakaan sangat membantu. Membantu
ngirit kuota. Dan membantu orang yang lagi gak ada kuota data internet. Kasian
ya. (aku juga yang kena).
Perpustakaan menjadi ladang manusia yang anti membaca buku. Semua hanya
mengenakan jari dan layar hp atau laptop untuk membaca. Sangat mengerikan.
Kehadiran buku diperpustakaan menjadi kurang
populer diantara smartphone canggih, bahkan bagi kebanyakan pengunjung buku hanya sebagai alas laptop mereka. Ckckckk.
Sebenarnya wifi adalah pemicu kurangnya niat
pengunjung perpustakaan membaca buku. Karena ada anggapan bahwa “rejeki jangan
ditunda, selagi wifi ada, manfaatkanlah”, sepertiya buku-buku yang tersusun
rapi dirak-rak itu jika bisa bicara, ia akan menangis. Mending jika wifi adalah
tujuan utama datang keperpustakaan, buku-buku itu semua disumbangkan aja ke
yang lebih membutuhkan ilmu. Ironis sih melihat semua itu, beberapa pengunjung
datang dan duduk, ngotori lantai, buat semak aja, trus ngobrol-ngobrol
menggganggu pengunjung lain yang memang serius memanfaatkan perpustakaan untuk
membaca.
Perpustakaan, akankah riwayatmu sirna? Ketika
pengunjungmu menggunakanmu sebagai tempat nongkrong?
Banyak refleksi...
Komentar
Posting Komentar