Kisah di seminari

NGANTUK
Versi ke 2
Kata orang seminaris itu teladan
Seminaris itu tampan-tampan
Seminaris itu murid Tuhan
Seminari itu bagaikan kerajaan
Nyatanya :
Seminaris itu hobi pacaran
Seminaris itu rakus makan
Kerjapun tak tahan
Lalu, buat apa seminari di masa depan
Alkisah anak SMA
Ngantuk jadi kewajiban
Aku ngantuk, kau tak bangunkan
Disaat kau ngantuk aku ketawa ria
Oh ngantuk, dari mana asal-usulmu
Tiap ku lalai kau datang menghampiriku
Oh ngantuk, ku terpana padamu
Ku melayang dalam mimpi selalu
Ku coba bangun . . .
Tapi kau kembali menginabobokan
Kapan kau lahir
Tiap khotbah pasti adayang ngantuk
Tiap meditasi past ada yang mengangguk-angguk
Tiap studi pasti ada yang menakut-nakuti
Tiap koor wajib ada yang mengkhayal
Wahai pengantuk
Disuruh debat kau malah ngences
Disuruh tidur siang kau malah main-main
Dibangunkan, kau bilang sedang berdoa
Seminaris kok ngantuk
Katanya jadwal tidur teratur
Katanya pintar ngatur waktu
Buktinya di sekolah kompak ngantuk
Saya heran kita ini tidak egois
Di Kapel gantian ngantuk
Saya heran kita ini ada hak dan kewajibannya
Hak untuk ngantuk
Kritik ini untuk kita (seminaris)
Kita atau sebagian seminaris yang sering ngantuk
Apa boleh buat terima aja
Agar kau tak geleng, melainkan nganguk menerima ini

Kapel (gereja kecil) Seminari

Bundaran Maria - Tamannya Seminaris, tempat doa Rosario dan kegiatan lainnya

NB : mungkin penyusunannya hancur-hancuran ya . . hehehe, maklumlah aku menulis ini sewaktu kelas syntaksis di Seminari Menengah Santu Petrus (kalau umumnya Kelas 2 SMA). Jadi, alasan aku nulis puisi kritik ini, karena dulu sewaktu di seminari  lagi mewabah syndrom NGANTUK ber-jamaah (wkkkkkk). Iya loh, bayangkan aja pas lagi belajar di pagi, siang, dan malam wajib ada yang ngantuk, bergantian itu setiap orang (macam ada shiftnya). Hmmm, aku harus akui juga sih aku juga sering nagntuk. Tidak tahu kenapa bisa begitu, yang aku pikirkan adalah itu membuat kami kompak selalu. Kenapa ? karena ada hal lucu didalamnya. Misalnya, pas ada yang ngantuk (gilirannya hehehe), yang lain bakal ambil bagian masing2, ada yang ngerjain lah, ada yang foto-in, dan saking sayangnya, di selimuti. Dan bagian yang tak terlupakan adalah, kedatangan raksasa berkacamata, yang selalu kami takuti dan kami tertawakan, Romo Ando. Romo (Pastor-red) ini adalah orang yang menjaga dan mengawasi kami selama studi di seminari. Romo selalu menghukum kami dengan caranya yang unik dan buat kami ketagihan. Aku bahkan mengingat itu tiap hari, hukuman berendam di kolam lele, membersihkan kandang babi yang baunya minta nyanyi, rolling depan mengelilingi bundaran Maria, dan masih banyak lagi yang membuat kami selalu tertawa mengingat itu.

Namun, aku bersyukur dapat melawati semua kisah itu hingga menjadi seperti sekarang ini. Terimakasih untuk seminariku yang merawat aku, menertawai, dan menasehatiku. Banyak kerinduan jika membicarakan seminari Menengah Santu Petrus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana jika...

“Pro Ecclesia Et Patria” dan “Rahmatan Lil Allamin”

Mendekati Cita