Cerita Diriku
Ed.1
Hari
Itu
dunia tahu yang tidak kamu ketahui |
Seperti biasa aku kembali duduk
di depan laptop ini, menulis apa yang ada dipikiranku, menanti malam yang
panjang untuk mengatupkan mata.
Aku bahkan tak menyadari, setiap
hari adalah langkah, langkah untuk mencerahkan masa depan. Tapi apa yang kubuat
adalah hal keji yang dilakukan mahasiswa seperti aku. Menghabiskan hari
mendengarkan dosen, pulang dan makan. Menonton apa yang biasa ditonton,
melangkahkan mata pada dinding kamar kost yang bercak, bahwa hari ini berjalan
seperti biasa, dan tidur lagi.
Saat mengetahui itu, aku
mengiyakan; tidur lagi; oh Tuhan begitu parahnya hidupku hari itu. Sebagai
seorang lelaki bahkan aku tak berani memuncratkan air seniku di toilet. Kenapa
? aku bisa mengatakan, aku seorang yang tak berbeda dengan orang gila. Tau pipis
dimana, di ruang publik tapi seakan milik sendiri. Orang menganggapku aneh,
asing, misterius, atau apapun itu yang kelainan jiwa.
Hidup didunia orang biasa
menjalani hidup, bukan sesuatu yang mudah bagiku. Setiap jalan mau ke kampus,
aku menyaksikan orang tiap hari lalu lalang, memikirkan apa yang akan terjadi
setelah mereka melangkah hari itu, berharap suatu pelangi senyum muncul hari
itu dengan semangat berkobar. Aku iri. Aku malu. Aku tak seperti mereka. Aku
hanya bisa mengikuti jalan hidup mereka, menikmati yang terjadi hari itu.
Pikiranku yang berbelit terjadi lagi, bertemu suasana candu untuk berdiam diri.
Sungkan mengatakan yang terbaik itulah yang menghadangi ku tiap hari. Aku tahu
itu, tapi kenapa aku tak bisa mengubahnya.
Tragis memang.
Di kampus, duduk. Sesekali
bercengkrama dengan yang lainnya. Mengutarakan sesuatu itu bukan hal enteng
bagiku, aku sering bertabrakan dengan situasi canggung, mati kata. Apa boleh
buat aku menjadi pendengar aktif atau aku bisa menjadi lawan pasif untuk sesuatu
yang lucu dengan mereka. Ya, itu berjalan biasa lagi. Menggunakan waktu yang
lama berdiam, berfirasat buruk akan terjadi apalagi setelah itu adalah dua
keadaan dimana aku bisa menjadi aneh untuk mengahadapi kenyataan. Begitu
sulitnya mengatasi sehingga ada kalanya aku menangis dalam hati, apa yang harus
kulakukan untuk diriku ini. Menyerah ? Apakah Tuhan mendengar ???
Didepanku terbentang sejuta angan
dan mimpi, dan salah satu yang menjadi pikiran naif ku adalah menjadi saudara
dari seorang jepang. Aku tidak tahu kenapa aku bisa terobsesi memikirkan itu,
bahkan sebelum tidur aku wajib memimpikan itu, seakan itu telah menjadi candu
alami untuk obat tidur. Yang pasti aku berani memimpikan itu memunculkan hal
yang tak begitu sempurna bagi seseorang seperti aku. Aku menyukai hal yang
indah, hal yang bisa membuat aku tenang sejenak dengan imajinasi yang melebihi
batas, menebus rasa harapanku yang dulu tertinggal. Hanya dengan berimajinasi
seperti itu, aku bisa melalui hidup hari itu dengan aman.
Hahaha, terdengar aneh dengan manusia seperti aku, mendengar apa yang
salah, mengucapkan sesuatu yang lalu.
Aku menggerakkan jari ini. Mengepal mengembang seperti sesuatu akan
terjadi, tidak. Pintu terbuka untuk sesorang yang melihat aku menulis ini,
hantu atau manusia ?. masih menulis. . .
Di benak ku, selama menggunakan hidung ini menghirup udara, banyak
lalu lintas untuk melalui semua hal. Misalnya, aku kuliah. Bahkan aku tak tahu
apa yang akan kulakukan. Berangkat pagi menyusuri ramainya kendaraan, sesuatu
lewat dan tertabrak. Itu hatiku. Iya, aku bergelut dengan semua yang ada di
pikiran dan hatiku. Mau ku ungkapkan aku tak berani, menatap janganlah. Prosesnya
sangat lama memakan banyak detik hidupku. Dan kembali aku berbicara pada
mulutku sendiri, mengipas langit-langit mulut menuju hal yang kurangajar, jadi
mayat hari itu.
Aku menatap kalung yang terletak depan laptopku.
Aku mengingat sejarah aku mengimani keyakinanku. Dan hadirnya
keluarga.
Tepat hari itu, kami menerima kiriman dari luar kota, kulihat ibuku
senangnya tiada kentara. Dia membagikan itu ke tetangga lainnya. Kiriman itu
seperangkat kalung: Medali Wasiat. Aku sebentar melihat itu, dan aku begitu
tertarik dengan bentuknya yang rupawan. Sejak saat itu aku tahu bahwa kalung
itu yang membuat aku seperti sekarang ini. Banyak kisah dan harapan yang
kusampaikan melalui kalung itu, percaya tidak percaya aku mengalaminya.
Aku meyakini sesuatu yang orang yakini itu mustahil untuk diwujudkan. Kembali
orang aneh. Tapi aku tak terlalu mempersoalkan hal curang itu, aku percaya
Tuhan menginginkanyang terbaik bagi umatnya. Dan itu akan jadi pukulan telak
bagi yang tak percaya keberadaan-Nya. Dia hidup meyakini dia berjalan dan
berjiwa, apa ia sadar darimana ia sendiri. Fiksi dan cukup.
Kalung itu masih kukenakan tiap hari. Aku bahagia sejenak. Dan hari
itu tertutup dengan doa pengantar yang tiap saat aku sematkan dalam
kata-kataku.
Ganti.
Ya itu hidupku hari itu. Ada pesan tersirat menggugah hati yang
kutemukan hari itu untuk dilakukan hari esok. Jangan menyerah !
Tiap hari aku tak bisa menghindari kata itu. Pada lagu, drama TV,
perbincangan orang-orang sombong, bahkan terdengarku dari obrolan cacing dalam
tanah. Jangan menyerah ! hari itu setidaknya menjadi petualangan bagiku,
mencari sesuatu yang sudah ada dan aku menertawainya ketika sendiri lagi.
Percaya atau tidak, hari itu datang kembali esok.
Bersambung di edisi 2
heii yang katanya orang aneh, pencinta korea semangatlah. hahaha
BalasHapus