Resume Buku Pembangunan Pertanian

Kata Pengantar

Perubahan pembangunan di Indonesia menjadi kunci kesuksesan selama 10 tahun terakhir dan dampaknya terlihat dari pemerataan di segala lini kehidupan bangsa dan negara. Dan tak lepas dari itu, riuhnya pembangunan disana sini membawa kemungkina ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Itu terlihat dari pergerakan pembangunan salah satu bidang kesejahteraan masyarakat yaitu pertanian dan itu dibahas pada buku yang saya telah saya resume ini. Pertanian adalah kajian penting dalam pembangunan yang notabene adalah indikator negara Indonesia yang agraris sehingga membutuhkan perhatian besar.
Dalam mata kuliah yang saya ikuti: Sosiologi Pembangunan diasuh oleh Dra. Lina Sudarwati, M.Si, mengilhami untuk mengaitkan antar pembangunan yang marak terjadi dengan unsur-unsur pendukung dan hambatan pergerakannya terlebih di negara berkembang. Buku yang saya resume ini khusus berbicara tentang pembangunan pertanian dan meliputi kesejahteraan masyarakat pedesaan, petani dan program-program pertanian yang efektif demi pembangunan pertanian yang berkelnjutan
Lebih kurang dalam resume ini, pasti ada. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa yang ingin mendalami kajian ini membutuhkan saran dan kritik yang membangun demi perkembangan diri dan studi yang sedang dijalani.
Demikian sebagai awal, semoga hasil resume ini dapat berguna untuk ita semua.










                                                                                                            Medan, 31-05-2016



                                                                                                                        Penulis









Identitas Fisik Buku

Judul Buku: Membangun Agribisnis Terpadu dan Berkelanjutan: menciptakan ruang bagi kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan
Penulis: Usman Rianse, Ir. MS. Dr. Prof
Desain Sampul: La Ode Ngkoimani
Editor: Abdi, La Ode Sabaruddin, dan La Rianda Baka
Penerbit: UNHALU Press Kendari
Cetakan Pertama: Januari 2009
Deskripsi Buku: 68 Halaman; 23cm x 16cm



Buku ini memberikan koontribusi pemikiran terhadap pembangunan pertanian (agribisnis) di masa akan datang. Sebelum menjadi sebuah buku, buku ini awalnya merupakan naskah pidato pengukuhan guru besar penulias. Fokus materi  dalam buku ini adalah agar pembaca dapat memperoleh bahan pembanding berkenaan dengan pemikiran-pemikiran pembanguna pertanian secara umum, lebih khusus berkenaan dengan pembangunan pertanian terpadu dan berkelanjutan untuk menciptakan ruang bagi kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan serta menyajikan fakta-fakta empiris lemahnya fundamental pembanguna pertanian Indonesia dan solusi untuk mengatasinya.

Bab I. PENDAHULUAN
Sejak Indonesia dilanda krisis moneter mulai pertengahan 1997 yang lalu, secara perlahan sektor pertanian indonesia mendapatkan awan proteksi karena terus terpuruknya nilai tukar rupiah. Hal ini menimbulkan optimisme baru bahwa tanpa pertanian pembangunan akan selalu mengahdapi kesulitan dan dengan krisis, pertanian memperoleh momentum untuk bangkit kembali. Sektor pertanian di Indonesia memberikan beberapa keuntungan: (1) memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto sekitar 15-20%; (2) mampu menyediakan lapangan kerja yang terbesar bagi masyarakat sekitar 60%; (3) mampu menyediakan keragaman pangan yang mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat; (4) mampu mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun industri hilir; (5) ekspor hasil pertanian terutama pada daerah importir tradisional yang selalu terpelihara; (6) terpeliharanya karakter dan budaya bangsa sebagai negara agraris melalui komitmen petani menyelenggarakan kegiatan pertanian sebagai pandangan hidup mereka.

Bab II. KETAHANAN PANGAN VERSUS KRISIS ENERGI
Sepanjang tahun 2008, hampir seluruh dunia merasakan ketidaknyamanan akibat didera tekanan hrga minyak dunia yang melonjak tinggi, termasuk Indonesia. Bahkan harga minyak menyentuh level US$145 per barel. Sebuah kelaziman, harga barang dan bahan kebutuhan pokok segera menyertai dan perlahan naik. Kondisi ini membuktikan bahwa minyak penting. Di tengah situasi pelik ini, tren biofuel, sumber energi alternatif yang berasal dari tumbuhan, muncul ke permukaan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tanaman yang berpotensi menghasilkan biofuel kebanyakan berasal dari tanaman pertanian-jagung, singkong, tebu, kedelai, gandum, sorgum dan kacang-kacangan. Tanaman-tanaman ini ada yang diubah menjadi etanol dan biodiesel yang bisa digunakan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi. Beberapa lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia telah menemukan formula dan komposisi bahan bakar nabati yang ideal bagi kondisi bahan baku produksi komoditas pertanian, seperti kelapa sawit, pohon jarak pagar atau jarak kaliki, tebu, jagung dan ubi. Banyak pula BUMN dan perusahaan swasta nasional telah melakukan langkah yang lebih nyata, misalnya merancang beberapa inisiatif untuk mewujudkan teknologi yang berbasis bioenergi.
Dengan potensi bioenergi yang sangat besar maka kebijakan pemerintah untuk memproduksi BBN dipandang menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan energi Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dua kebijakan penting tentang energi alternatif ini. Tema instruksi yang dikeluarkan adalah: “mengambil langkah-langkah untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain”. Sempat terdapat diskusi terbuka yang agak ramai bahwa beberapa instansi yang sangat relevan dalam penyediaan dan pemanfaatn BBN ini tidak termasuk yang memperoleh instruksi dari Presiden, misalnya Menteri Pendidikan Nasional yang seharusnya mampu mengembangkan kurikulum tentang energi alternatif.
Suatu pandangan yang dangkal dan prematur bila gencarnya peningkatan produksi BBN, dipandang sebagai kebijakan yang bijaksana. Tidak menafikan pula bahwa BBN bersifat renewable. Beberapa pihak yang berpandangan optimis berpendapat bahwa strategi peningkatan produksi BBN tersebut mempunyai banyak dampak positif, seperti ramah lingkungan, berasal dari sumber daya domestik, membuka lapangan kerja baru di pedesaan.
Disadarai atau tidak, kondisi ini berpotensi memperburuk proses penyediaan komoditas pangan.terutama bagi negara-negara yang melakukan impor bahan pangan dan negara-negara dengan jumlah penduduk yang relatif banyak, termasuk Indonesia. Seolah-olah berada dipersimpangan, produk pertanian kini melayani 2 permintaan, yaitu dari industri makanan, pakan, sandang, dan industri biofuel. CPO bisa dijual ke industri minyak goreng yang berakhir di supermarket atau ke industri biofuel yang berakhir di SPBU. Lester R. Brown dari Earth Policy Institute mengungkapkan bahwa produksi biji-bijian tingkat global pada 2006 mencapai 1,9 miliar ton. Namun, konsumsi mencapai lebih dari 2 miliar ton. Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi persaingan antara para konsumen biofuel dengan penduduk miskin atau penduduk yang membutuhkan suplai bahan pangan. Kekuatiran yang muncul adalah karena yang memiliki mobil dan mesin adalah mereka yang lebih kuat baik sisi ekonomi, sosial, dan politik, mereka dapat memenangkan perebutan tersebut. Korbannya jelas si miskin yang sebagian besar adalah penduduk pedesaan, yang justru dibuatnya semakin kelaparan, karena akses terhadap pangan akan semakin sulit serta harga pangan yang meningkat.
Dampak negatif lain yang perlu diantisipasi adalah percepatan degradasi lahan. Kecenderungan global untuk mempercepat pengembangan industri biofuel jelas akan memberi insentif untuk peningkatan produksi pertanian. Ini berarti, perluasan lahan pertanian tampaknya tidak dapat dihindarkan. Jika tidak ada upaya-upaya pemerintah untuk mengendalikan perluasan tersebut, penebangan hutan untuk perluasan lahan pertanian akan semakin mengkhawatirkan.
Pengembangan industri biofuel jelas merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki kinerja sektor pertanian, termasuk nasib petaninya, meningkatkan kesejahteraan, serta perekonomian Indonesia secara nasional. Namun demikian, jika tidak direncanakan dengan sistematis dan komprehensif dengan wawasan jauh kedepan, peluang tersebut dapat menjadi sumber bencana bagi rakyat miskin. Untuk itu diperlukan kebijakan pendukung yang tidak bersifat parsial, reaktif dan jangka pendek atau hanya bersifat ad-hoc dalam pengembangan biofuel di Indonesia. Jika tidak, niscaya kita tetap hanya akan selalu menjadi negara pengekor dan konsumen saja.

Bab III. GLOBALISASI EKONOMI-PENDEKATAN ORIENTASI EKSPOR VERSUS SUBTITUSI IMPOR
Globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses semakin banyaknya negara yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia tanpa ada hambatan tarif dan nontarif. Proses ini dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam laju yang semakin pesat, mengikuti kemajuan teknologi yang juga prosesnya semakin cepat. Perkembangan ini telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan juga mempertajam persaingan antar negara.
Secara umum liberalisasi kan menguntungkan bagi negara berkembang dan penduduk miskin dari kelompok pendapatan menengah karena ekspor produk yang bersifat padat karya akan meningkat (terutama produk manufaktur). Namun demikian, derajat manfaat dan keuntungan liberalisasi perdagangan sangat tergantung pada reformasi kebijakan yang diambil dan keadaan struktur perekonomian domestik negara berkembang itu sendiri.
Pertanian Berorientasi Ekspor: Menciptakan Kemiskinan
Kebijakan globalisasi ekonomi, sebagaimana dijalankan oleh Bank Dunia, IMF, dan WTO, sesungguhnya jauh lebih banyak menciptakan kemiskinan ketimbang memberikan jalan keluar. Dampak produksi yang berorientasi ekspor (export-oriented production) pada bidang pertanian, rakyat yang sebelumnya sudah terbiasa memberi makan diri mereka sendiri, kini semuanya berubah total. Mereka tidak mandiri/bergantung, lapar dan jatuh miskin. Jadi globalisasi telah menciptakan kemiskinan maupun penghancuran lingkungan hidup yang telah terjadi dalam wujud perubahan perekonomian lokal yang sangat dipaksakan; perubahan dari model pertanian yang terdiversifikasi dalam skala kecil menuju model ekspor industrial dan perubahan tersebut digerakkan oleh korporasi-korporasi global.
Dampak Globalisaso terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak nyata adalah terutama pada dua area yang saling mempengaruhi yakni produksi dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Globalisasi yang didorong oleh era perdagangan bebas dan liberalisasi pasar finansial dunia bisa berpengaruh negatif atau positif terhadap produksi dalam negeri. Pengaruh negatif bisa disebabkan oleh barang impor yang semakin menguasai pasar domestik sehingga mematikan produksi dalam negeri atau menurunkan ekspor Indonesia karena daya saingnya rendah. Turunnya ekspor bisa berdampak negatif terhadap produksi dalam negeri jika sebagian besar barang-barang yang dibuat di dalam negeri untuk tujuan ekspor, atau karena kurangnya dana untuk membiayai proses produksi yang disebabkn oleh berkurangnya devisa dari hasil ekspor. Sebaliknya, jika Indonesia punya daya saing yang baik, maka liberalisasi perdagangan dunia membuka peluang yang besar bagi ekspor Indonesia, yang berarti ekspor meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan dan meperluas diversifikasi produksi dalam negeri.
Dampak Globalisasi terhadap Sektor Pertanian
Proteksi yang dilakukan negara maju terhadap sektor pertanian melalui kebijakan harga (price support), bantuan langsung (direct payment) dan bantuan pasokan telah menyebabkan distorsi perdagangan hasil pertanian dunia. Distorsi terjadi seiring dengan meningkatnya hasil produksi pertanian dari negara-negara maju yang mengakibatkan penurunan harga dunia untuk produk pertanian. Meskipun harga produk pertanian yang rendah menolong negara pengimpor tetapi faktor rendahnya harga produk pertanian tersebut juga akan memukul negara-negara berstatus produsen netto.

Bab IV. NILAI TUKAR PETANI: INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI
Nilai tukar petani merupakan perbandingan/rasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani.
Dengan membandingkan kedua perkembangan harga tersebut dalam satu ukuran yaitu NTP, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasikan dengan pendapatan petani dari hasil produksinya atau kenaikan harga panen dapat menambah pendapatan petani yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. Secara umum ada 3 kriteria NTP yaitu:
·        - NTP>100, berarti petani mengalami surplus.
·        - NTP=100, berarti petani mengalami impas. Tingkat kesejahteraan tidak mengalami perubahan
·        - NTP<100, berarti petani mengalami defisit.
·          
Bab V. MEMERAS SEKTOR PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN
Tepmerasan sektor pertanian untuk pembangunan yang dikemukakan oleh F.W. Owen pad tahap awal pembangunan ekonomi suatu negara yang ketersediaan modal masih sangat terbatas, pembentukan modal melalui pemerasan surplus sektor pertanian merupakan cara membiayai pembangunan ekonomi khususnya sektor industri. Mekanisme pemerasan sektor pertanian dilakukan melalui pemerasan produksi seperti pengupayaan harga-harga produksi pertanian murah melalui perbaikan produktivitas dan instrumen kebijakan lain.
Mekanisme lainnya melaluui pemerasan pengeluaran pertanian seperti instrumen pajak, memaksimalkan net capital outflow pertanian, nilai tukar pertanian yang makin menurun, dan mmigrasi sumberdaya manusia dan sektor pertanian ke luar sektor pertanian. Dengan mekanisme pemerasan pertanian ini, surplus pertanian pedesaan diisap dan diinvestasikan pada sektor industri dan jasa.

Bab VI. POLITIK PERTANIAN INDONESIA SAAT INI
Dalam tantanan pemerintah, pembangunan pertanian diperhadapkan pada berbagai tantangan dan kendala seperti:
·         Institusi yang membina pembangunan pertanian belum terkoordinasi dalam satu atap. Sebagaian besar, kemungkinannya sekitar 70% persoalan pembangunan pertanian tidak berada pada kewenangan Departemen Pertanian.
·         Pola pikir pengambil kebijakan dalam menyikapi pembangunan pertanian belum berada pada suatu visi yang sama. Hal ini ditandai oleh banyaknya kebijakan yang telah membelenggu pembangunan pertanian. Misalnya kebijakan fiskal, moneter, kebijakan industri, dan investasi yang tidak bersahabat, bahkan kontraproduksi dengan pembanguna pertanian.
·         Otonomi daerah yang dimaksudkan untuk akselerasi pembangunan daerah ternyata pada berbagai kasus bahkan membuat investor berpikir keras untuk menanamkan modalnya. Ini terjadi karena banyaknya peraturan yang justru kontraproduktif dengan percepatan investasi, misalnya pungutan dan retribusi yang bertingkat mengikuti hirarki pemerintahan desa, korbannya adalah petani produsen karena harga di tingkat petani akan ditekan pada tingkat yang rendah untuk tetap menjamin margin yang memadai bagi pengusaha.
Kebijakan yang Membelenggu Pertanian
·       -  Kebijakan fiskal. Dana APBN untuk pembangunan infrastruktur lebih terkonsentrasi di perkotaan.
·      -   Kebijakan moneter. Indonesia belum menemukan formula moneter yang bersahabat dan kondusif untuk pembanguna pertanian, bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa kebijakan moneter yang ada sebagian bersifat kontraproduktif dengan pembangunan pertanian
·       -  Kebijakan investasi. Perlakuan investasi di sektor pertanian dan di sektor nonpertanian relatif tidak berbeda. Kebijakan ini tentu tidak memberikan insentif bagi investor, menyebabkan PMA PMDN di sekotr pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lainnya.
·       -  Kebijakan industri
·        - Kebijakan perdagangan
·       -  Kebijakan pertanahan dan tata ruang. Lahan pertanian subur dan beririgrasi sebagian besar telah tergusur oleh kegiatan pembangunan di sektor lain.

Bab VII. PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Perkembangan ekonomi bagi negara-negara sedang berkembang sangat dominan oleh aktivitas pertanian. Pengguna lahan untuk kegiatan pertanian merupakan hal yang sangat penting. Pada umumnya orang bekerja pada sektor ini, memiliki produktivitas rendah. Produktivitas yang rendah selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan yang rendah. Produktivitas yang rendah selanjutnya akan berpengaruh pada pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah berpengaruh pada kemampuan petani untuk memperbaiki modal untuk investasi dan konsumsi. Kondisi demikian menyebabkan petaniuntuk mengembangkan pertanian yang ekstensif.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa faktor-faktor sosial budaya akan mempengarui pengelolaan sumber daya alam khususnya lahan. Penggunaan pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting.
Walaupun perubahan fungsi hutan menimbulkan percepatan kerusakan hutan dan degradasi hutan dsebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tetapi kegiatan tersebut tetap saja berlangsung karena adanya anggapan bahwa nilai ekonomi total kawasan hutan kurang kompetitif dibandingkan dengan nilai penggunaan lain dari areal hutan.
Menyikapi perubahan perilaku konsumen global, ada beberapa usulan alternatif, seperti: (a) melalui dukunga penelitian untuk tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan, perlu pengembangan berbagai alternatif teknologi; (b) pengembangan kebijakan yang diarahkan pada harga keseimbangan dari mekanisme pasar yang tidak bersifat monopolistik dan melepaskan harga hasil-hasil pertanian pada keseimbangan baru nilai tukar rupiah; (c) proteksi pada beberapa komoditi strategis (khususnya bagi kebutuhan pangan dan bahan baku industri dalam negeri) sepanjang tidak melanggar ketentuan organisasi perdagangan dunia (WTO); (d) pengembangan produk yang dapat memenuhi permintaan negara lain, yaitu produk-produk pertanian hemat energi dan pertanian organik; (e) pengenaan pajak pada bahan kemikalia yang potensial menyebabkan degradasi lingkungan dan mengganggu kesehatan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan memerlukan upaya dan tindakan yang berkelanjutan menuju kondisi yang selalu menjadi lebih baik. Perencenaan, monitoring dan evaluasi secara bertahap sebagai suatu siklus yang berkelanjutan. Sistem kehidupan yang kompleks menyebabkan proses itu bukan hanya proses yang beruntun, tetapi merupakan proses yang berjalan paralel, terdiri dari kegiatan yang beraneka ragam, ada yang berkaitan satu dengan yng lainnya dan ada pula yang berjalan sendiri-sendiri.
Pembangunan pertanian dilakukan tidak antagonistik dengan daya dukung yang menopang kehidupan sebuah komunitas. Oleh karena itu, semua perlakukan dan teknologi harus terseleksi, sehingga penggunaan dan aplikasinya tidak akan mengurangi kualitas dan daya dukung yang tersedia. Prinsip-prinsip pembangunan pertanian ramah lingkungan adalah sebagai berikut: (a) menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhsn tanaman; (b) mengoptimalkan tersedianya unsur hara, khususnya peningkatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap; (c) meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara, air, dengan cara pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi; (d) meminimalkan serangan hama dan penyakit; (e) keseimbangan sumber daya.

Bab VII. MEMBANGUN PERTANIAN MASA DEPAN: MENCIPTAKAN RUANG KESEJAHTERAAN PETANI DAN MASYARAKAT PEDESAAN
Arah dan Masa Depan Kondisi Petani Indonesia
Sampai saat ini petani masih menghadapi masalah dan kendala yang berkaitan dengan: (a) akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) perlindungan usaha tani; (c) keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; (d) dan rendahnya tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender.
Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia
Seperti halnya sumberdaya lahan, sumberdaya air juga semakin terbatas dan mengalami degradasi. Pertumbuhan penduduk dan industrialisasi telah menimbulkan kompetisi penggunaan sumberdaya air untuk pertanian dan non-pertanian. Pada kondisi demikian maka penggunaan air untuk pertanian biasanya selalu dikorbankan sebagai prioritas terakhir. Selain itu, dalam dekade terakhir perhatian untuk memelihara jaringan irigasi juga menurun, yang berakibat pada penurunan intensitas tanam dan produktivitas pertanian. Untuk itu, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan langkah penting bagi peningkatan produktivitas pertanian.
Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
Karena itu, perlu dipikirkan pendekatan agribisnis-plus yaitu sebuah pendekatan agribisnis yang dibarengi oleh pendenkatan pemberdayaan masyarakat, penguatan komunitas, perjuangan kesejahteraan dan menambah nilai tambah.
Program Pembangunan Pertanian ke Depan
Program pembangunan pertnian ke depan ada 3, yaitu
·        - Program peningkatan ketahan pangan. Ketahanan pangan diartikn sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tesedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh rumah tangga, halal, dan aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau
·       -  Program pengembangan agribisnis “plus” pemberdayaan masyarakat. Program ini memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi, meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional
·       -  Program peningkatan pendapan dan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat pedesaan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-Usul ...

TAMPI BERAS (Oneul Mohae)